"...kamu kuda?"

"Apakah kakak tertarik untuk jadi Dom saya?" Mata berbinar, memelas bagai anak anjing yang ingin dimanja.

"Memang apa untungnya kalau jadi ganteng? Selama ini serba mudah gk?"

Aduh. Ini sangat langka, Keinan memberikanmu uang 20 ribu rupiah. "Untuk beli bento,"

"Walah, lalu gimana? Jadi ketemu berdpit ibunya?"

Ah jual mahal sekali, menambah kesan cool. Yang begini ini biasa banyak yang menggelinjang tak karuan ketika menatap. "Aku berkata jujur, bukan hal yang aneh memuji ketampanan seseorang kan? Wanita biasa melakukannya," Keinan, pria dengan wawasan luas dan pikiran terbuka.

"ah! Itu memang enak! Saya dulu sempat makan di Mojokerto. Rasanya seperti ayam," senyum manis. "Tapi susah sekali dapatnya, apa dulu ibumu tidak kesusahan carinya?"

Aduh orang tuanya bucin. Tunggu, rasanya wajah pria ingin familiar sekali. Mengingatkannya pada seseorang-tapi siapa ya? "Kakak apa tidak geli orang tuanya bucin?"

"iya~" Membalas lagi dengan nada riang dan manja. Dua tangan terkepal, lalu menopang dagu memandangku dengan senyuman manis.

"Tapi aku lihat kakak kemarin jalan ke hotel sama cowok, padahal katanya banyak disukai cewek-cewek..." Hayo.

"Kan bisa untuk resep di masa depan, saya mau anak saya ganteng juga."

Putih dengan rahang tajam. Ibarat idaman dijadikan mantu bagi ibu-ibu tetangga. Ketampanan pria di depannya tentuk bukan hanya isapan jempol belaka. "Iya, anda tampan sekali." Kalau boleh jujur dadanya berdegup kencang beberapa detik. Masih dia memberi pujian.

;; Loh kan jujur

"yah," Ada nada kekecewaan dari Keinan. "Padahal saya ingin tahu resepnya, kalau suatu saat membuat anak,"

"eeeh, Bukankah kalau cantik.-" "lebih cantik saya?" Senyum.

Angguk-angguk semangat. "saya rasa kalau poni anda dipotong, pasti terlihat tampan!"

"Lah, jadi makan sate sambil lihati akangnya, begitu? apa tidak kekenyangan,"

Mau kecup.