‘Mencintai’ adalah sikap sosial. Keputusan dari dalam diri ke luar diri & untuk yang bukan dirinya sendiri. Apabila ‘cinta’ diaplikasi menjadi tindakan ‘mencintai’, maka begitu ia mensosial: wujudnya, bentuknya, sudah ‘bukan’ cinta itu sendiri. Sang cinta ada di balik itu semua.
Mencintai itu wajahnya seakan tak ada hubungannya dengan cinta, karena ia bisa berupa kerja keras membanting tulang di pasar dan jalanan untuk keluarga. Ia bisa berujud kepengasuhan dalam keluarga, kepemimpinan dalam bermasyarakat, kearifan mengurusi kesejahteraan rakyat.
Istighosah Kubro di Jawa Timur bulan lalu. Cuma tayang di TV-nya NU, portal² NU yang sederhana² itu, tapi nDak sampai mengumpat kenapa jurnalistik tidak mengangkat kejadian seramai itu.
Yang namanya ngaji, doain negara, & tabarukan emang kudu ikhlas~
1. نَوْمٌ عَلَى يَقِيْنٍ خَيْرٌ مِنْ صَلَاةٍ فِيْ شَكٍّ
Tidur dalam keadaan penuh keyakinan lebih baik
daripada sholat dalam keraguan[1]
[1] Imam Ali, Nahj al-Balaghah, h. 678. Kata-kata ini merupakan komentar Sahabat Ali terhadap perilaku orang Khawarij.
Kalau untuk hidup di dunia yang tak sampai 150 tahun saja, engkau begitu serius memperjuangkannya, mengapa untuk hidup selamanya di akherat engkau sambalewa?
#JClawas
Kampus pertama yang dikunjungi DCDC Ngabuburit Goes To Campus adalah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Jl. AH Nasution no. 105 Cibiru Bandung!
.
Nemenin… instagram.com/iksanskuteroff…
Selagi muda, belajarlah sejarah; saat dewasa, buatlah sejarah. Setelah kau mati, giliran namamu dicatat oleh sejarah...(untuk dipelajari mereka yg datang setelahmu)