Gerakan sipil harus terus ada dan kita rawat bersama sebagai alat koreksi dan penyeimbang kekuasaan. Bahkan pun ketika kita satu sikap dengan kebijakan, jangan pernah memupuk budaya melemahkan apalagi mematikan kekuatan sipil. Kita harus menjaga agar selalu ada ruang untuk

Abang-abangan dengan template “Kamu kok baru berisik sekarang? Kok cuma soal isu ini aja? Fomo ya?” udah mulai beraksi. Lawan terus. Enggak usah pedulikan demo-shaming macam begitu

Tuntutan aksi gagal: "Apa gw bilang? Bubble aja sih org2 twitter ini, ga napak, halu sendiri. Tuntutan aksi berhasil: "PeDe amat lu pada? Pancingannya lu makan. Emang udah diputusin sih. Mainan tingkat tinggi nih" Belagak jadi mastermind gini tuh masuk penyakit kejiwaan sih.

Satu twit ini disamber dengan berbagai fakta yang membukakan mata tentang betapa EVERYTHING is rooted to politics. Jangan ignorant, rugi kita semua.

Siapa yang harus kita undang ke devil’s advocate? Coba mention sini -apnpso masok sene kuburan para dewa

Komika sekarang ketika bicara sosial & politik ingin menjadi pihak yang paling benar pokoknya. Kalau bisa Negara ini menjadi seperti yang ada dipikiran mereka. Itu makanya di berbagai Platform saya kritik terus mereka, karena saya tdk ingin 'Negara ini menjadi Negara LAWAK'.

Karena manusia sangat suka melakukan kambing hitam dan kambing hitam harus jelas musuhnya, maka sering kali yang jadi kambing hitam bukan yang sungguh-sungguh merugikan masyarakat

info?

Beliau mengajarkan bagaimana mengkritik kebijakan dengan solid: kritis, tajam, & terarah. Dalam satu forum mendiskusikan pangan beliau bilang, "Jalur darat jauh lebih mahal dari laut. Maka itu, penguatan jalur laut penting. Tapi istilah tol laut itu gak tepat ya.. Di laut ya

Berikut adalah isi obrolan saya dengan Bang Faisal yang menjadi latar pertemuan tersebut. Selamat membaca kejernihan berpikir seorang intelektual yang merdeka. Link: bit.ly/petang-bersama…

Baca salah satu reply-an kakaknya, gabisa kasih nilai jelek (atas konsekuensi gak ngerjain tugas) krn dr sekolah ada aturan minimal kasih nilai brp biar penilaian sekolah gak jd buruk. Emang ini masalah dasar pendidikan: yg ngajar dan yg nguji (dan kasih nilai) entitas yg sama.

Kalau berandai-andai maju jadi walikota janji politiknya cuma 3. 1. Bikin trotoar layak di seluruh kota. 2. Perpustakaan layak tiap kecamatan. Perpus kota buka 24 jam. 3. Anak sekolah masuk jam 9 pagi. Dan Ujian Sekolah ada lagi. Point nomor 3: "Apa lu Diknas? Maju sini atu2"

It doesn't get more accurate than this.

☝️

Aman

Hola, buat alumni2 Zen yg ikutan CPNS/CASN 2024, udah siap blm ngadepin SKDnya? Tenang, meskipun di Zen gak ada materi khusus SKD, lo tetep bisa belajar materinya di Zenius karena konsep dasarnya sama aja. Playlistnya Zen kumpulin di link ini 👇 linktr.ee/zenius

Sekarang yg punya uang bisa ambil sertifikasi A- Level untuk lanjut ke luar. Dulu yg ga punya uang pake ujian terstandar, Ebtanas, UN walau banyak kelemahan. Sekarang? Yg kaya makan Wagyu. Yg miskin cukup maka tetelan yg udah dikunyah. Dan dibungkus sebagai daging berkualitas.

“UN banyak mengukur butir-butir kompetensi tingkat rendah” Pas dihapus, apakah lulusan jadi bisa berpikir tingkat tinggi? Yang ada berpikir tingkat rendah pun malah ga bisa.